Petikhasil.id, SUBANG – Ban Bekas Jadi Penyelamat Pesisir Mayangan, sebuah desa pesisir di Kecamatan Legonkulon, Subang, Jawa Barat, menghadapi ancaman serius abrasi. Garis pantai di wilayah ini sudah bergeser hingga 1,5 kilometer, bahkan lahan tambak Perhutani seluas 119 hektare tenggelam akibat tergerus air laut. Tanpa intervensi, wilayah desa diperkirakan bisa hilang hingga 40 persen.
Untuk menjawab tantangan itu, program Alat Pemecah Ombak (APO) berbasis ban bekas hadir sebagai solusi sederhana tapi berdampak besar. Teknologi ini dikenal juga sebagai breakwater strap, rangkaian ban mobil dan motor bekas yang dipasang di tepi pantai. Fungsinya menahan energi gelombang, memerangkap pasir, serta mendorong terbentuknya daratan baru.
Dari Ancaman Abrasi Menuju Ekonomi Pesisir yang Tangguh
Data terakhir menyebut, hingga akhir 2024, APO sepanjang 400 meter telah terpasang di wilayah Pondok Bali dan Pulau Burung. Hasilnya nyata: muncul sedimentasi baru seluas 4,5 hektare dengan ketinggian tanah 1–1,5 meter. Nilai manfaat program ini bahkan dihitung dengan metode Social Return on Investment (SROI), mencapai angka 12,99 menunjukkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang signifikan.
Keberadaan APO bukan hanya menahan abrasi. Struktur ban yang mirip rumpon terbukti menarik ikan, membuat nelayan lokal memperoleh tangkapan lebih banyak. Wisata Pulau Burung pun terdongkrak, sekaligus menjaga hutan mangrove yang menjadi sumber penghidupan warga.
Di balik inovasi ini, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) berperan penting sebagai inisiator dan penyokong utama. Program APO Subang merupakan bagian dari komitmen tanggung jawab sosial ONWJ di bidang lingkungan. Dukungan pendanaan dan teknis dari ONWJ memungkinkan pemasangan ratusan meter APO serta pendampingan masyarakat pesisir dalam menjaga dan memanfaatkan hasilnya.
“APO bukan sekadar infrastruktur, tapi wadah gotong royong. Dari ban bekas, lahir perlindungan bagi desa sekaligus peluang ekonomi bagi masyarakat,” ujar Sugeng Heriyanto dari DKP Subang, menekankan sinergi pemerintah daerah dengan PHE ONWJ.
Program ini juga membuka peluang tambahan: dari lahan baru hasil sedimentasi yang muncul, masyarakat menanam kembali mangrove sebagai benteng hijau. UMKM abon ikan pun ikut didorong tumbuh seiring meningkatnya produksi perikanan.
Mayangan kini bukan hanya bicara tentang bertahan dari abrasi, tapi juga tentang menanam harapan di tengah tantangan. Dari ban bekas dan kolaborasi multipihak, lahirlah strategi besar menjaga pesisir, pangan, dan masa depan petani nelayan.***