Petikhasil.id, KAB BANDUNG — Di tengah maraknya tren wisata alam, konsep self-picking atau petik buah langsung dari kebun kian digemari masyarakat. Meski harga yang ditawarkan relatif lebih mahal dibanding membeli di pasar, pengalaman memilih buah segar langsung dari pohonnya membuat wisata petik buah tetap ramai diminati, terutama di kawasan Bandung Selatan seperti Ciwidey dan Pangalengan.
Strawberry menjadi ikon paling populer. Hampir setiap akhir pekan, kebun strawberry di Ciwidey dan Pangalengan dipadati wisatawan dari berbagai daerah. Mereka rela membayar Rp70 ribu hingga Rp120 ribu per kilogram lebih mahal dibanding harga pasar yang biasanya hanya Rp30 ribu Rp40 ribu demi merasakan sensasi memetik buah merah segar itu sendiri.
“Bukan hanya soal rasa, tapi pengalaman. Anak-anak senang bisa langsung metik. Wisatawan juga dapat foto estetik buat media sosial. Itu yang bikin orang tetap datang meski harganya lebih tinggi,” ujar Dede, salah seorang pengelola kebun strawberry di Ciwidey, saat ditemui Petik Hasil.
Selain strawberry, konsep wisata petik buah juga diterapkan pada komoditas lain seperti jeruk garut, apel malang, hingga melon hidroponik. Namun di Bandung Selatan, strawberry tetap jadi magnet utama karena karakter buahnya yang manis, segar, dan bisa dipetik hampir sepanjang tahun.
Bagi petani, bisnis wisata petik buah menjadi strategi ganda: selain menjual hasil panen dengan harga premium, mereka juga mendapat pemasukan dari tiket masuk atau fasilitas wisata tambahan seperti spot foto, kafe, dan edukasi pertanian.
“Kalau hanya jual ke pasar, harga strawberry bisa jatuh. Tapi lewat wisata petik, harganya stabil bahkan lebih tinggi. Petani juga bisa langsung edukasi pengunjung tentang cara merawat tanaman,” kata Asep, petani strawberry di Pangalengan.
Tren ini turut mendukung geliat agrowisata di Jawa Barat. Pemerintah daerah melihat potensi besar untuk menggabungkan pertanian dan pariwisata sebagai model ekonomi berkelanjutan. Bandung Selatan, dengan iklim dingin dan lanskap indah, dipandang ideal sebagai pusat pengembangan wisata petik buah.
Pada akhirnya, meski harga buah hasil petik langsung lebih mahal, daya tarik pengalaman, edukasi, dan interaksi dengan alam membuat wisata ini tak pernah sepi. Strawberry Ciwidey dan Pangalengan pun kian mengukuhkan diri sebagai ikon agrowisata yang tak hanya manis di lidah, tetapi juga manis bagi ekonomi petani.***