Petikhasil.id, TASIKMALAYA – Dari balik mesin espresso sebuah kedai kopi, Dani Muhammad Yasin (32) melihat kopi bukan sekadar minuman. Ia membaca peluang besar kopi bisa menjadi pintu rezeki sekaligus penggerak ekonomi desa. Kini, namanya dikenal sebagai motor penggerak kebangkitan Kopi Bunar, kopi lokal asal Kabupaten Tasikmalaya.
Perjalanan Dani dimulai pada 2017 saat masih bekerja sebagai barista. Dari pengalaman itulah ia menyadari, kampung halamannya di Bunihurip, Desa Sukapada, Kecamatan Pagerageung, menyimpan potensi kopi yang belum tergarap. Sejak 2012, petani setempat sudah menanam kopi, namun belum mampu mengelola hasil panen secara optimal.
“Di kampung saya banyak petani kopi. Tapi pada saat itu belum tergarap dengan baik. Maka berangkat dari situlah saya ingin lebih dalam terjun dan mengembangkan biji kopi asal Bunar,” kata Dani kepada Petik Hasil, Senin (21/4/2025).
Dengan tekad itu, Dani pulang ke tanah kelahiran. Ia mulai dari nol, menggandeng petani setempat, lalu memberikan pembinaan dari hulu hingga hilir cara panen yang tepat, fermentasi, hingga teknik pascapanen. Perlahan, hasilnya terlihat. Lahan kopi yang dulunya hanya lima hektare kini berkembang menjadi 25 hektare dengan produksi mencapai 20–30 ton biji kopi per tahun.
“Yang saya dorong sejak awal itu bukan cuma hasil panen, tapi juga kualitas dan kesinambungan. Petani harus tahu bagaimana mengolah kopi dari kebun hingga siap jual,” tegasnya.
Tak berhenti di budidaya, Dani juga membuka akses distribusi dan pemasaran. Green bean hasil panen petani ditampung olehnya dengan harga layak, sehingga mereka tidak lagi bergantung pada tengkulak. Sebagian keuntungan bahkan disisihkan untuk kepentingan sosial membangun infrastruktur desa hingga memberikan insentif bagi guru ngaji.
“Kalau usaha ini berkembang, saya ingin manfaatnya bisa dirasakan seluas mungkin. Bukan cuma petani, tapi juga masyarakat sekitar,” ujarnya.
Kini, Kopi Bunar mulai menembus pasar kopi spesialti di berbagai daerah Jawa Barat. Dari kampung kecil di lereng pegunungan, semangat Dani dan para petani Bunihurip perlahan menegaskan bahwa kopi lokal mampu bersaing sekaligus membawa manfaat luas bagi desa.***