Indramayu Sumbang 1,39 Juta Ton Padi

Agribisnis, Berita15 Dilihat

Petikhasil.id, INDRAMAYU – Pada 2024, Indramayu menghasilkan produksi padi mencapai 1,39 juta ton, menjadikannya penyumbang terbesar dibandingkan daerah lain di Provinsi Jabar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Darwis Sitorus, menyebutkan capaian tersebut menegaskan peran strategis Indramayu dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Namun, di balik angka produksi yang masih tinggi, terdapat tren penurunan luas panen yang patut diwaspadai.

“Indramayu tetap menempati peringkat pertama dengan kontribusi terbesar terhadap produksi padi di Jawa Barat, bahkan nasional. Tetapi kita juga harus jujur melihat adanya penyusutan luas panen yang cukup signifikan dalam setahun terakhir,” kata Darwis.

Berdasarkan data BPS, luas panen padi di Indramayu pada 2023 tercatat 230,46 ribu hektare. Angka itu turun menjadi 212,87 ribu hektare pada 2024 atau berkurang sekitar 17,59 ribu hektare. Penurunan ini setara dengan 7,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Darwis menjelaskan, ada sejumlah faktor yang memicu penurunan luas panen di Indramayu. Pertama, alih fungsi lahan pertanian ke sektor non-pertanian, terutama untuk perumahan dan kawasan industri. Kedua, tantangan perubahan iklim yang memengaruhi pola tanam petani.

“Ketidakpastian iklim berimbas pada berkurangnya intensitas tanam. Ditambah lagi faktor banjir rob maupun kekeringan di wilayah pantura, yang memang menjadi tantangan klasik bagi petani Indramayu,” ujarnya.

Meski begitu, produktivitas padi di Indramayu masih relatif terjaga. Hal itu yang membuat kabupaten ini tetap bisa menyumbangkan produksi terbesar meskipun luas panen berkurang. Menurut Darwis, rata-rata produktivitas mencapai lebih dari 6 ton per hektare, salah satu yang tertinggi di Jawa Barat.

“Petani Indramayu cukup adaptif dalam penggunaan varietas unggul dan teknologi. Ini menjadi faktor penyelamat ketika luas panen menurun,” ucapnya.

Indramayu menempati posisi teratas dalam hal kontribusi pangan, disusul oleh Kabupaten Karawang dengan luas panen 183,07 ribu hektare dan Subang 163,88 ribu hektare. Namun keduanya juga mengalami tren penurunan.

Darwis menilai, tren penyusutan lahan pertanian harus segera diantisipasi pemerintah daerah dan pusat. Jika dibiarkan, dalam beberapa tahun ke depan produksi padi di Indramayu bisa terus tergerus.

“Kita perlu memperkuat program intensifikasi, seperti memperbaiki sistem irigasi, memperluas akses pupuk, hingga mendorong inovasi pertanian berbasis teknologi. Tanpa langkah-langkah strategis itu, predikat lumbung pangan nasional akan terancam,” kata Darwis.

Ia juga mendorong adanya kebijakan yang lebih tegas terkait perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) di Indramayu. “Lahan sawah harus dijaga, karena begitu beralih fungsi, sangat sulit untuk dikembalikan,” tambahnya.

Darwis optimistis, dengan sinergi antara pemerintah daerah, pusat, dan petani, Indramayu bisa mempertahankan peran vitalnya. “Selama petani tetap semangat, produktivitas bisa terus ditingkatkan. Tantangan kita adalah memastikan lahan yang ada benar-benar dipertahankan,” katanya.

Dengan posisi strategis itu, Indramayu tidak hanya menjadi andalan Jawa Barat, tetapi juga berperan besar dalam menjaga ketersediaan beras nasional.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *