petikhasil.id, Kab Bandung – Di balik manisnya buah melon premium yang kini banyak digemari masyarakat, ada kisah penuh perjuangan dari seorang petani muda asal Ciwidey, Kabupaten Bandung, bernama Yusef (Iyus). Perjalanan Yusef (Iyus) dalam membudidayakan melon di dataran tinggi tidaklah mudah. Ia harus melewati tiga kali kegagalan berturut-turut sebelum akhirnya berhasil menemukan cara terbaik untuk menghasilkan melon berkualitas.
Kisah Yusef (Iyus) ini bukan hanya tentang bertani, melainkan juga tentang ketekunan, kesabaran, dan keyakinan bahwa setiap kegagalan adalah guru terbaik menuju kesuksesan.
Awal Perjalanan: Dari Jeruk ke Melon
Sebelum terjun ke budidaya melon, Yusef (Iyus) sebenarnya sudah berkecimpung dalam pertanian komoditas lain. Ia pernah mencoba menanam jeruk dekopon, alpukat, hingga durian. Namun, keinginannya untuk terus bereksperimen membawanya pada tanaman yang jarang dibudidayakan di dataran tinggi: melon Intanon RZ.
Secara umum, melon lebih cocok tumbuh di dataran rendah. Hal ini membuat banyak orang meragukan kemampuannya untuk bertahan hidup, apalagi berproduksi dengan baik di ketinggian 1.200 mdpl. Namun, justru keraguan inilah yang menjadi tantangan bagi Yusef (Iyus). Ia ingin membuktikan bahwa petani Ciwidey mampu menghasilkan melon premium dari dataran tinggi
Tiga Kali Gagal, Tiga Pelajaran Berharga
Memulai sesuatu yang baru tentu penuh risiko. Bagi Yosep, kegagalan dalam menanam melon datang bertubi-tubi. Tidak hanya sekali, tapi sampai tiga kali.
- Kegagalan Pertama: Salah Benih
Kesalahan awal terjadi ketika ia menggunakan benih yang kurang sesuai dengan kondisi lahan. Minimnya pemahaman tentang media tanam membuat benih tidak bisa berkembang optimal. Saat itu, Yosep belum tahu bahwa cocopit yang digunakan sebagai media tanam harus terlebih dahulu diproses untuk menurunkan tingkat PPM (part per million). Karena tidak dilakukan, benih gagal tumbuh sehat.
- Kegagalan Kedua: Serangan Jamur
Pada percobaan kedua, tanaman Yosep sudah tumbuh, tetapi serangan jamur embun tepung menghancurkan harapannya. Penyakit ini menjadi musuh utama petani melon, terutama di daerah dingin dan lembap seperti Ciwidey. Dari sini Yosep belajar pentingnya sanitasi greenhouse, kebersihan persemaian, dan manajemen kelembapan.
- Kegagalan Ketiga: Kesalahan Pemangkasan dan Pemilihan Buah
Di percobaan ketiga, Yosep sudah lebih hati-hati. Tanaman bisa tumbuh lebih baik, tetapi kesalahan muncul saat pemangkasan cabang dan pemilihan buah. Ia membiarkan buah tumbuh di cabang ke-15 ke atas, yang membuat pertumbuhan melambat. Alhasil, meskipun rasa manisnya bisa didapat, bentuk buah kurang sempurna.
Tiga kali gagal tentu bukan pengalaman yang mudah. Yosep sempat merasa putus asa, bahkan berpikir untuk mengganti komoditas ke tanaman lain. Namun, semangat dan rasa penasaran membuatnya bertahan.
Keberhasilan Yosep membuahkan hasil nyata. Melon Intanon RZ yang ia tanam kini dikenal memiliki netting (jaring kulit) yang tebal, rasa manis 12–13 brix, serta tekstur renyah. Semua ini sesuai dengan standar pasar untuk melon premium.
Selain kualitas buah, perawatan khusus juga membuat melon yang ditanam di dataran tinggi memiliki keunggulan dibanding dataran rendah, seperti ukuran daun lebih lebar dan tekstur buah lebih baik. Meski masa panen lebih lama, kualitas buah justru semakin terjaga.
Meski sudah berhasil, perjalanan Yosep tidak berhenti. Ia tetap menghadapi berbagai tantangan, mulai dari cuaca anomali (kemarau basah, suhu dingin ekstrem), hingga masalah polinasi bunga betina yang tidak serempak. Hal ini membuat panen tidak bisa dilakukan sekaligus.
Selain itu, biaya produksi melon premium juga cukup tinggi. Yosep harus mengeluarkan modal besar untuk benih (sekitar Rp22,6 juta per 1.000 benih), pupuk, hingga teknologi greenhouse. Namun, semua itu sepadan dengan harga jual melon premium yang bisa mencapai Rp30.000/kg di tingkat petani, bahkan Rp55.000/kg di pasar Jogja
Bagi Yosep, bertani melon bukan hanya soal mencari keuntungan. Ada filosofi mendalam di balik setiap prosesnya. Ia menyebut bahwa bertani itu seperti merawat anak sendiri—penuh kesabaran, perhatian, dan cinta.
“Dari kegagalan itu bisa lahir karya. Bertani itu seni. Harus sabar, konsisten, disiplin, dan penuh ketekunan.” – Yosep
Kebahagiaan terbesar baginya bukan hanya saat melon berhasil tumbuh, tapi ketika orang lain menikmati hasil karyanya dan berkata, “Wah, manis sekali!” Itu adalah penghargaan yang tak ternilai bagi seorang petani
👉 Untuk kisah lengkapnya, Anda bisa menonton di kanal YouTube Petik Hasil episode Jejak Manis di Ketinggian: Green House Melon Ithanon Ciwidey.