Kopi Bunar Tasik: Dari “Petik Hijau” ke Petik Merah, Panen Naik Kualitas Meningkat

Petikhasil.id, TASIKMALAYA – Ketua kelompok tani Dudung Muhaimin mengubah kebiasaan panen kopi di pelosok utara Tasikmalaya: dari “asal petik” (hijau merah dicampur) menjadi “petik merah”. Perubahan mindset ini dibarengi SOP budidaya yang ketat dari persemaian, pemupukan, hingga pemangkasan.

SOP Budidaya: Dari Persemaian ke Panen Perdana

  • Persemaian 6–8 bulan, lalu sebar ke kebun.
  • Panen perdana 3–4 tahun setelah tanam.
  • Pemupukan minimal 3× setahun: April (pembungaan), Agustus (pembentukan buah), November (menjelang panen).
  • Kombinasi pupuk kimia awal (urea, NPK) dan kohe saat fase produksi.

Tantangan Dataran Tinggi (±1.300 mdpl)

Cuaca dingin & lembap memengaruhi fermentasi (rawan over-ferment pada proses anaerob 3–4 hari) serta jamur upas. Solusinya: penyiangan rutin, pemangkasan/perantingan, dan kontrol hama (penggerek batang & buah).

Varietas & Luasan

Dari kemitraan Perhutani (±5 ha) dan kebun warga (±25–30 ha), Kopi Bunar menanam SGR, Ateng Super, Lini S, Tipika, juga tipika lokal. Produksi 2024 sekitar 30 ton (tanaman beda umur).

Harga Menguat, Dampak ke Desa

Menurut Dudung, harga kopi yang dulu “mentok” di ratusan–ribuan rupiah kini naik hingga sekitar Rp10.000/kg (perkiraan lapangan), meningkatkan ekonomi warga.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *