Petikhasil.id, KAB BANDUNG BARAT — Di Kebun Teh PTPN VIII Sukawana, udara pagi menyapa barisan tanaman teh yang tertata rapi. Di sinilah salah satu kebun andalan yang diproyeksikan memainkan peran besar dalam roadmap teh nasional 2020–2045. Kementerian Pertanian menargetkan luas kebun teh Indonesia pada 2045 mencapai 123.000 hektare.
Data terkini menunjukkan bahwa produksi teh Indonesia mengalami penurunan belakangan ini. Menurut Outlook Komoditas Perkebunan Teh 2024, produksi teh nasional pada 2022 mencapai 124,66 ribu ton, dan menurun menjadi 122,68 ribu ton pada 2023. Dari segi luas areal, areal kebun yang dikelola turun dari 101,28 ribu hektare menjadi sekitar 99,76 ribu hektare.
Sektor ekspor juga mencerminkan tekanan. Dari produksi 2022, sekitar 44,92 ribu ton teh diekspor sekitar 36 persen dari produksi nasional. Indonesia pada 2023 menempati posisi sebagai negara produsen teh ke-8 dunia, dengan sebagian besar produksi berasal dari Jawa Barat.
Di Sukawana sendiri, kapasitas pabrik teh hitam CTC mencapai sekitar 2,5 ton teh kering per hari, menurut riset rancangan otomatisasi proses di pabrik sortasi dan grading Sukawana. Proses produksi teh hitam CTC di pabrik Sukawana mencakup tahap penerimaan bahan baku, pelayuan, penggilingan, oksidasi, pengeringan, sortasi, hingga pengepakan dan pengujian mutu.
Meski luas dan produksi teh nasional menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir, pihak pengelola perkebunan seperti PTPN VIII tetap berupaya meningkatkan produktivitas dan kualitas. Dalam catatan tentang PTPN VIII, keterlibatan lembaga penelitian seperti PPTK Gambung turut membantu peningkatan mutu teh melalui inovasi pengelolaan dan teknik pemetikan yang lebih baik.
Dengan dukungan data produksi nasional dan kapasitas lokal seperti di Sukawana, target 123.000 hektare pada 2045 tidak hanya menjadi angka ambisius, tetapi juga panggilan untuk revitalisasi industri teh melalui penyediaan bahan baku baru, pemulihan areal produktif, serta peningkatan teknologi dan mutu di seluruh rantai produksi.***