Petikhasil.id, KAB BANDUNG – Bertani melon premium di greenhouse tidak hanya soal menjaga suhu, nutrisi, dan kualitas buah. Ada satu tantangan yang sering dihadapi petani Ciwidey, yaitu polinasi bunga betina yang tidak serempak. Masalah sederhana ini ternyata berdampak besar pada jadwal panen, distribusi, hingga strategi pemasaran.
Apa Itu Polinasi?
Polinasi adalah proses penyerbukan, yaitu ketika serbuk sari dari bunga jantan menempel pada putik bunga betina. Proses ini sangat penting karena menentukan apakah bunga akan berkembang menjadi buah atau tidak.
Dalam budidaya melon, petani biasanya melakukan penyerbukan manual di greenhouse. Hal ini dilakukan agar pembuahan lebih pasti dan kualitas buah lebih terjaga.
Masalah: Bunga Tidak Mekar Bersamaan
Di lapangan, bunga betina pada tanaman melon tidak selalu mekar pada waktu yang sama. Ada yang mekar lebih awal, ada yang menyusul beberapa hari kemudian. Kondisi ini menimbulkan masalah:
- Panen tidak bisa dilakukan serentak.
- Buah matang dengan waktu berbeda.
- Distribusi ke pasar menjadi lebih rumit.
“Polinasi bunga betina tidak serempak, sehingga panennya juga harus bertahap. Ada yang panen duluan, ada yang menyusul seminggu kemudian,” kata Yusef, petani melon Ciwidey
Polinasi yang tidak serempak membuat waktu panen melon di greenhouse bisa terbagi menjadi beberapa tahap. Misalnya: Hari ke-65 setelah tanam, sebagian buah sudah siap panen. Hari ke-72, ada gelombang panen kedua.Hari ke-75, panen terakhir dilakukan.
Hal ini membuat petani harus lebih teliti mengatur tenaga kerja, logistik, dan pemasaran.
Polinasi tidak serempak memang menyulitkan, tetapi bukan berarti merugikan. Justru, dengan panen bertahap, petani bisa:
- Mendistribusikan buah secara lebih merata ke pasar.
- Menjaga pasokan tetap tersedia selama periode tertentu.
- Mengurangi risiko kelebihan stok yang bisa membuat harga turun.
Namun, tantangannya adalah menjaga kualitas buah tetap konsisten dari gelombang panen pertama hingga terakhir.
Bagi Yosep, masalah polinasi yang tidak serempak mengajarkan nilai kesabaran.
“Tanaman punya waktunya masing-masing. Tidak bisa dipaksa. Kita hanya bisa mendampingi prosesnya,” ujarnya
Filosofi ini menggambarkan bahwa bertani bukan hanya soal mengatur tanaman, tapi juga soal menghormati ritme alami. Sama seperti kehidupan, setiap orang punya waktunya sendiri untuk “berbuah”.
Untuk menyaksikan langsung bagaimana petani Ciwidey menghadapi tantangan polinasi tidak serempak ini, tonton episode Jejak Manis di Ketinggian: Green House Melon Ithanon Ciwidey di kanal YouTube Petik Hasil.