Jadi Petani Itu Keren: Peluang Kaya Raya yang Dilupakan Anak Muda

Berita, Tips3 Dilihat

Petikhasil.id, – Di mata banyak anak muda, profesi petani sering dipandang sebelah mata. Identik dengan pekerjaan kotor, melelahkan, dan tak bergengsi. Padahal, di balik stigma itu justru tersimpan peluang besar: dari ketahanan pangan nasional hingga jalan menuju kesejahteraan.

Petani, Tulang Punggung Bangsa yang Kian Tergerus

Data Sensus Pertanian 2023 mencatat, Indonesia memiliki lebih dari 27 juta rumah tangga usaha tani. Sektor ini menyerap sekitar 38 juta tenaga kerja, atau hampir sepertiga angkatan kerja nasional. Komisi VII DPR bahkan menyebut: “Tanpa petani tidak ada pangan, dan tanpa pangan tidak ada kedaulatan negara.”

Sayangnya, regenerasi petani masih kritis. Proporsi petani berusia muda (19–39 tahun) hanya sebagian kecil, sedangkan mayoritas petani kini berusia di atas 45 tahun. Di Jawa Barat misalnya, petani berusia 30–44 tahun hanya sekitar 24,06 persen. Sisanya didominasi generasi tua yang sebentar lagi akan pensiun dari sawah.

Baca Lainya: Kisah Yusef (Iyus), Petani Melon dari Ciwidey yang Tiga Kali Gagal Sebelum Sukses | Aryanto Bangun AA Kadu, Pusat Bibit Durian Unggul dari Tasikmalaya untuk Indonesia | Qonny Ilma Nafianti: Menjaga Plasma Nutfah Ayam Sentul dari Ciamis untuk Indonesia

Fenomena ini selaras dengan keluhan petani melon asal Ciwidey, Kabupaten Bandung, Iyus (Yusef). Ia menuturkan kepada Petik Hasil, banyak Gen-Z yang enggan turun ke ladang. “Petani dianggap tidak keren, padahal kalau tahu caranya, bertani bisa bikin orang kaya. Jangan salah, hasil dari melon bisa lebih besar dari gaji kantoran. Hanya saja, anak muda sekarang minder karena bertani identik dengan lumpur,” ujarnya.

Risiko, Tantangan, dan Jalan Menuju Kesuksesan

Bertani tentu penuh tantangan: modal awal yang besar, risiko gagal panen, hingga fluktuasi harga pasar. Namun, dengan inovasi, teknologi, dan strategi hilirisasi, peluangnya tak main-main. Petani kini bisa mengolah hasil panen menjadi produk bernilai tambah: kopi spesialti, gula semut, sayur organik, hingga produk herbal kemasan.

Teknologi juga membuka jalan. Smart farming, sensor tanah, drone pemupukan, hingga pemasaran digital membuat wajah pertanian lebih modern dan efisien. Inilah kesempatan emas bagi generasi muda yang melek teknologi.

Petani hari ini tak lagi harus sekadar menjual gabah atau hasil mentah. Dengan kreativitas, mereka bisa membangun merek, membuka pasar ekspor, bahkan mengembangkan agrowisata. Pertanian bisa menjadi bisnis, bukan sekadar profesi.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *